Alhamdulillah.... Akhirnya mulai mengekspresikan diri lagi... Berdakwah melalui tulisan.. Semoga bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya... ^^ -RENUNGAN HATI- Y Rabb.. Seandainya telah kau catatkan dia milikku, tercipta untuk diriku, maka satukanlah hatinya dengan hatiku. Y Rabb.. Titipkanlah kebahagiaan, ku harap dia adalah yang terbaik untukku.. Aku menyukai mu dengan 'RASA' bukan dengan 'KATA'. Dan aku mencintaimu dengan 'TULUS' bukan dengan 'KEPALSUAN'.
Selasa, 27 Desember 2011
Korupsi Bangsa ini di mulai dari Mahasiswa... (sumber : anakUI.com)
Kebanyakan tulisan, mencari akar masalah di lembaga pemerintahan
Buat saya korupsi di bangsa ini pertama kali masalahnya ada di Mahasiswa !
Saya masih mahasiswa, dan saya melihat itu semua, dari budaya:
1. Nyontek
2. Titip Absen
3. Buat LPJ
4. Eksistensi Kegiatan
Omongannya tinggi, bela rakyat, padahal masih nyontek, titip absen, buat LPJ tipu sana sini bahkan ga tanggung-tanggung menghabiskan uang jutaan untuk eksistensi kegiatan tertentu. Padahal urgentsitas terhadap kegiatan tersebut hampir mendekati NOL.
Seharusnya mahasiswa ditanya, apakah sudah benar-benar 4 perkara di atas terlepas.
Saya sarankan media tidak berfokus kepada pejabat, tapi para mahasiswa. Agar rakyat tidak dibodoh-bodohi oleh kelakuan para mahasiswa yang ngakunya bela rakyat, padahal duit bulanan masih minta minta emak, sekalinya dapet beasiswa langsung beli gadget. Upss…:D
Pas udah jadi pejabat ujug ujug lebih sibuk nimbun harta. Silahkan liat sejarah, apa yang terjadi kepada mahasiwa yang menuntut kemerdekaan, tritura, reformasi, bahkan baru baru ini revolusi. Mereka lupa saat sudah menjadi pejabat (pengatur hajat hidup banyak orang).
Saya mahasiswa, dan saya sadar betul korupsi itu mengakar dari diri sendiri. Mulai dari segan untuk MENCEGAH teman yang nyontek, titip absen dsb.
Kemudian, Saya membayangkan saat saya jadi pejabat, dan melihat teman saya korupsi, dan saya tidak mencegahnya, karena takut hubungan pertemanan rusak. Itulah akar korupsi menurut saya pribadi.
Karena orang jujur itu tidak cukup. Dia harus jadi orang RESE bagi orang jahat. Maksudnya seperti yang dilakukan Ibu Siami, yang melaporkan tindakan kecurangan di sekolah anaknya.
Saya dan teman-teman saya bukan korupsi harta. Saya bisa taro Handphone, Uang , Tas, di dalam lab, himpunan, dan bisa pinjem motor, bahkan PIN ATM sekalipun juga bisa dikasih.
Tapi kalo sudah masalah nilai dan absensi, kelakuan mahasiswa seperti tidak punya TUHAN. Contek sana sini, titip absen sana sini. Mahasiswa mana yang PERNAH lapor kalo ke dosen kalo ada pencontek di kelasnya ? Kalo ga dibilang tuh si pelapor, tukang jilat, sok suci, dsb. Anda lihat kan dimana akar korupsinya ?
Ya, bangsa ini masih banyak kok orang jujur. Tetapi sedikit sekali yang RESE. Mahasiswa lebih mudah protes ke pejabat (yang belum tentu benar kalo pejabat itu korupsi atau tidak), padahal temannya yang nyontek dan titip absen dinasihati pun tidak.
Sumber: http://nocual.wordpress.com/2011/08/21/tulisan-bebas-mahasiswa-akar-korupsi-siapa-yang-bilang
Sekilas setelah baca artikel di atas pertama kali,,, wow, ada juga yang berani menceritakan kehidupan akademis mahasiswa saat ini… kalau seandainya penulis artikel di atas benar masih kuliah, (penulis artikel ini tidak diketahui identitasnya-sepertinya memang disembunyikan) dia memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk dibenci sama teman-temannya.
Sejujurnya di kampus-kampus manapun saya pikir artikel di atas berlaku. Kalau kita setuju opini di atas(red-dibenci setelah melapor) ya itulah harga yang harus dibayar orang yang mau menegakkan kebenaran, tinggal siapa yang mau bayar harga itu ? Sistem sosial pergaulan mahasiswa(ataukah masyarakat juga ?) saat ini seolah “membenarkan” perilaku tersebut (mungkin ini bsa jadi riset mahasiswa sosiologi)
Lebih miris lagi whistle blower, istilah orang yang menyuarakan satu kasus(dalam hal ini korupsi) saat ini juga dihukum, terlepas dari orang yang bersangkutan juga punya kesalahan, tapi ujung-ujungnya yang dihukum ya cuma beberapa orang saja yang terbukti kuat atau apesnya cuma si pelapor. Apakah ini menjadi preseden yang baik ? sepertinya tidak, yang melapor kasus korupsi bisa jadi akan semakin malas/berkurang kecuali dia benar-benar bersih.
Pertanyaannya masih adakah yang benar-benar bersih saat ini ? jawabannya masih ada,, kan sudah diajarin pelajaran agama setidaknya 12 tahun di sekolah formal(buat yang studi sampai SMA),, mau bersuara? jawabannya belum tentu.
Demikian pula bersih dari mencontek/setidaknya sudah berhenti mencontek/titip absen (konteksnya masih kuliah) juga masih ada,, cuma jumlahnya tidak banyak. Lalu poin akhirnya adalah, maukah kita memperbanyak jumlah yang yang saat ini tidak banyak itu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar